Sabtu, 16 Mei 2009

MELATIH JIWA, MEMBERSIHKAN AKHLAK DAN MENGOBATI HATI.

MELATIH JIWA, MEMBERSIHKAN AKHLAK

DAN MENGOBATI HATI.

Oleh Hj.Tirtawati, S.Ag.

Pelaksana Pada Seksi Kelembagaan Bidang Mapendais

Kanwil Depag provinsi Sulawesi Selatan.

MELATIH JIWA MEMBERSIHKAN AKHLAK

Hidup didunia ibarat menapaki jarak untuk mencapai tujuan akhir. Ditengah perjalanan hidup ini banyak kesibukan-kesibukan sehinggah cenderung melupakan manusia dalam mengingat Allah. Ibarat pergi lupa tujuan. Ditengah perjalanan hidup banyak godaan-godaan yang dapat membelokkan manusia dari arah yang benar menuju arah menyimpang dan akhirnya menjadi tersesat.

Dalam ajaran Islam terdapat ajaran tentang tata krama yang begitu baik. Demikian halnya dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk menyempurnakan akhlak manusia dimuka bumi ini. Secara teoritik, akhlak manusia dapat dibedakan menjadi dua : akhlak mulia (akhlak mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak Masmumah). Akhlak mahmudah adalah akhlak yang sejalan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan akhlak masmumah adalah akhlak yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Orang Islam yang baik adalah orang yang selalu mengerjakan perintah Allah dan senantiasa menjauhi segala larangan Allah. Berakhlak mulia adalah merupakan sifat yang dimiliki oleh para Rasul utusan Allah dan merupakan amal para shadiqin. Akhlak yang baik itu adalah merupakan bagian dari agama sebagai hasil dari sikap sungguh-sungguh latihan para ahli ibadah dan para muttakin. Sedangkan akhlak buruk merupkan racun yang dapat membinasakan sekaligus sebagai pembuka pintu-pintu neraka.

Keburukan-keburukan akhlak haruslah diobati, sebab apabila dibiarkan maka akan menumpuk didalam hati. Untuk menyembuhkan penyakit hati maka seseorang harus mengetahui penyebab ia terkena penyakit serta langkah-langkah mengobatinya. Didalam Al-Qur’an Surat Asy Syamsy Allah SWT berfirman :

ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Asy Syamsy 9-10

Akhlak yang buruk itu bisa berubah menjadi akhlak yang terpuji artinya orang yang memiliki akhlak yang buruk dapat berubah menjadi orang yang berakhlak terpuji, tentu saja dengan latihan dan pembiasaan-pembiasaan serta kemauan yang sungguh-sungguh. Jika seseorang menginginkan sifat yang lemah lembut maka ia harus sungguh-sungguh melatih dirinya untuk menahan amarah dan nafsunya, demikian juga jika seseorang ingin memiliki sifat sabar maka ia juga harus dapat menahan amarah dan mengendalikan nafsunya. Ini juga merupakan hal yang dianjurkan dalam agama.

Watak dan Perilaku manusia itu berbeda-beda, ada yang cepat menerima perubahan dalam latihan itu ada juga yang lamban untuk berubah. Hal itu dipengaruhi oleh dua faktor, yang pertama adakalanya seseorang itu dikuasai oleh nafsu dengan kuat sehingga untuk mengubah akhlaknya dari akhlak yang buruk ke akhlak yang terpuji memerlukan waktu. Yang kedua seseorang yang nalurinya dikuatkan oleh kehendak budi pekerti sehingga mudah menuruti sesuatu kebaikan. Karena itu kelembutan budi pekerti dapat diperoleh dengan latihan-latihan, segala sesuatu dikembalikan kepada akal yang lurus, dan menempatkan nafsu dan kemarahan pada tempat yang sebenarnya atau tidak dibiarkan berlebihan.

Jika kita ingin memiliki akhlak penuh tawadlu’(rendah hati/tidak sombong) harus melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk menguasai sifat sombong. Ketika merasa diri cenderung bersikap takabbur, maka segeralah akal mencegahnya sehingga lambat tapi pasti akan terbiasa. Barang siapa yang ingin jadi pemurah maka ia harus melakukan perbuatan-perbuatan pemurah yakni dermawan dan gemar bersedekah secara ikhlas maka itu akan menjadi kebiasaan.

Menjalankan ibadah dan meninggalkan perbuatan maksiat itu memang berat, namun akan berhasil jika kita berlatih diri dengan sabar, sadar dan penuh ketaatan kepada Allah SWT. Firman Allah dalam Al-Qur’an S.Al-Baqarah 45 yang artinya “ Jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. Seseorang yang bertambah usia dan ibadahnya semakin banyak, pastilah pahalanya semakin banyak dan hatinya menjadi lebih bersih, akhlak akan menjadi lebih kuat dan melekat pada hati karena tujuan ibadah juga termasuk membekaskan ibadah pada hati. Sesungguhnya pengaruh ibadah pada hati yang kuat itu juga dapat dicapai dengan membiasakan diri untuk beribadah.

MENGOBATI PENYAKIT HATI DENGAN MENJINAKKAN NAFSU SYAHWAT.

Manusia yang bijak adalah manusia yang suka bercermin dalam artian manusia yang bersungguh – sungguh memperhatikan dirinya, membuka mata hatinya dan mencari penyakit yang mengotori hatinya, lalu mencari penyembuhannya. Adapun penyembuh hati adalah dengan cahaya ilmu dan keimanan. Penyakit hati yang banyak merusak dewasa ini diantaranya sifat dendam, iri hati, fitnah dan buruk sangka.

Dendam artinya berkeinginan untuk membalas. Sifat dendam sangat dipengaruhi oleh sifat marah karena sesuatu dan lain hal, misalnya karena merasa dikecewakan oleh orang lain sehingga timbul keinginan agar orang yang dianggap telah mengecewakannya merasakan kekecewaan juga seperti yang dialami, bahkan menghendaki orang itu lebih menderita lagi. Upaya menghindari sifat dendam ini adalah dengan cara melatih diri kita untuk tidak cepat marah dan membiasakan memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas.

Iri hati atau dengki artinya merasa kurang senang melihat kelebihan atau keberuntungan orang lain. Perasaan iri hati timbul dari keinginan yang berlebihan terhadap apa yang dicapai oleh orang lain, sementara jalan untuk mencapai seperti yang dialami oleh orang lain sudah tertutup karena tidak memiliki kemampuan pada dirinya yang menimbulkan rasa tidak senang. Sebenarnya keinginan untuk menyamai adalah hal yang wajar selama perasaan itu tidak berlebihan, bahkan bisa bersifat positif kalau dijadikan pemacu untuk giat berusaha dan bekerja guna mencapai sukses seperti orang lain.

Fitnah yaitu perkataan yang bermaksud menjelekkan orang lain, seperti menodai nama baik dan merugikan kehormatan orang lain. Orang yang suka menfitnah biasanya adalah orang yang pengecut, pendendam dan berjiwa kerdil serta tidak senang melihat kebahagiaan orang lain. Oleh sebab itu ia berusaha agar orang lain jatuh dalam kebinasaan. Karena tidak ada alasan yang tepat untuk menjatuhkan orang lain, maka ia tidak berani menjatuhkan orang dengan cara terang-terangan. Maka jalan yang ditempuhnya adalah jalan yang ditunjukkan oleh setan, yaitu menfitnah. Fitnah itu dikatakan lebih kejam dari pembunuhan karena pembunuhan itu hanya merusak jasmani, sedangkan fitnah dapat merusak mental, menyulut permusuhan dan dapat meninbulkan kekacauan yang lebih luas dan menelan banyak korban jiwa. Fitnah ibarat wabah penyakit menular yang sangat berbahaya.

Buruk sangka atau syu’uzond adalah kebalikan dari baik sangka atau husnudzon, Buruk sangka ini juga merupakan satu penyakit jiwa dan termasuk akhlak tercela. Orang yang dihinggapi penyakit buruk sangka selalu curiga pada orang lain, misalnya ada orang bercakap-cakap disangkanya orang itu sedang membicarakan keadaan dirinya. Ketika orang mendapatkan rezki disangkanya orang itu mendapatkannya dengan cara yang tidak baik. Orang-orang yang memiliki sifat tersebut diatas keadaan hidup sehari-harinya selalu gelisah, was-was, curiga dan sulit untuk bekerjasama dengan orang lain. Untuk menghindarinya hendaklah dalam hidup membiasakan diri menganggap bahwa semua orang itu pada dasarnya baik dan jika ada yang memperoleh rezki sebaiknya kita turut bergembira.

Berketetapan hati menempuh jalan yang lurus tidaklah mudah, namun hendaklah kita bersungguh-sungguh untuk mendekati jalan yang lurus, banyak berzikir (mengingat Allah), Istighfar (mohon ampunan) dan bersyukur atas karunia Allah SWT. Orang yang ingin selamat haruslah menyadari bahwa tidak ada keselamatan baginya kecuali amal kebajikan. Dan amal kebajikan ini tidak akan bisa dilakukan jika tidak mempunyai akhlak yang mulia. Orang yang merasa dirinya beriman, maka hendaknya dapat mengoreksi diri apakah ia mempunyai budi pekerti baik. Jika ia beriman tetapi akhlaknya tidak baik, maka belumlah memenuhi syarat iman. Rasulullhah Saw bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya”.

Penyakit hati pada seseorang dapat dihilangkan atau disembuhkan dengan menanamkan dan membiasakan perilaku atau sifat-sifat yang terpuji, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Pembiasaan yang dapat menghilangkan penyakit hati antara lain dengan banyak berzikir, banyak berbuat baik, memiliki rasa malu yang tinggi, sedikit menyakiti orang lain, jujur, sedikit bicara dan banyak bekerja, sedikit melakukan kesalahan, banyak bersilaturrahmi, lemah lembut, memiliki kesabaran yang tinggi, banyak berterimah kasih, rela terhadap sesuatu yang ada, dapat mengendalikan kemarahan, tinggi rasa kasih sayangnya, dapat menjaga diri, murah hati kepada fakir miskin, tidak suka memaki, tidak suka mengadu domba, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, lidahnya bagus, mukanya manis, cinta pada jalan Allah, benci karena Allah, rela karena Allah dan marah karena Allah.

“Ihya Ulumuddin Iman Al Ghazali (Terjemahan) Gita Media press, Aqidah Akhlak Tiga Serangkai Jilid 2 “.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

izin ta'copy yaaaa...
tengs