Jumat, 19 Februari 2010

Pilih Ikan atau Kail ?????????



“Duh, kok kemaraunya gak berhenti-berhenti yah”, keluh Kaka si kancil.

“Iya nih”, jawab Kuri si kura-kura lirih, “kalau begini terus dua tiga hari lagi persediaan makanan kita bakal habis.”

Kaka dan Kuri memang tinggal bersama. Mereka membuat rumah yang cukup nyaman di dalam sebuah gua kecil. Di sekitar gua sejatinya banyak ditumbuhi tanaman-tanaman yang menjadi pengisi perut mereka sehari-hari. Namun sayangnya, sejak beberapa minggu terakhir ini, panas yang berkepanjangan melanda, sehingga sedikit demi sedikit tanaman yang ada mati kekeringan.

“Coba kita bisa memancing seperti pak Beri Beruang”, lanjut Kuri, “pastinya kita tidak perlu pusing seperti ini.”

BRAKKKK!!!!

Kaka tiba-tiba meloncat dari kursinya hingga tidak sengaja menjatuhkan kursi tersebut.

“Aku ada ide!”, teriak Kaka dengan semangat ‘45.

“Ada ide ya ada ide”, gerutu Kuri yang sempat jantungan gara-gara ulah Kaka tadi, “tapi jangan bikin aku mati muda dong.”

“Dengar dulu”, potong Kaka sebelum Kuri melanjutkan omelannya. “Bagaimana kalau kita minta ikan ke pak Beri? Kan seringkali dia dapat ikan banyak, yang lebih dari jatah makan perut gendutnya. Pasti bakal diberi deh.”

“Memangnya kita akan minta-minta ikan terus ke dia? Lama-lama juga pasti pak Beri gak akan mau memberi ikan ke kita.”, jawab Kuri sambil membetulkan kursi yang tadi terjatuh. Lanjutnya, “Lebih baik kita minta diajari cara memancing ikan saja.”

“Ah, tahu sendiri kan pak Beri seperti apa sifatnya”, tukas Kaka. “Galak. Bicaranya keras, tapi susah dicerna maksudnya. Mendingan minta langsung aja. Lagipula aku malas kalau harus belajar segala.”

Kaka melangkah mendekati jendela. Matanya berbinar-binar nakal.

“Nanti aku akan cari alasan yang berbeda setiap harinya agar pak Beri mau memberikan ikan kepadaku.”, katanya. “Gimana Kur, setuju tidak?”

Kuri termenung. Di satu sisi, ia membayangkan nikmatnya duduk santai di tepi jalan setapak ke sungai sambil menunggu pak Beri lewat membawa hasil pancingannya. Ia kenal Kaka sejak lama. Kawannya yang cerdas ini pasti dapat menemukan cara untuk membuat satu dua ikan pak Beri berpindah tangan.

Di sisi lain, ia tidak ingin hanya berpangku tangan dan bergantung kepada binatang lain. Ia juga ingin dapat memancing ikan sendiri sehingga tidak kebingungan apabila suatu saat kemarau datang lagi.

“Hei, kok malah melamun”, ujar Kaka sambil mendorong pelan tempurung Kuri.

“Aku tidak ikutan deh”, jawab Kuri.

“Loh kok…”

“Iya, aku ingin coba memancing saja. Pasti terasa lebih lezat kalau ikannya hasil pancinganku sendiri”.

Mata Kaka tercenung. Ia menatap tajam ke arah Kuri. Beberapa detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

“HAHAHAHAH!!! Kamu bercanda kan? Memangnya kamu mau belajar darimana? Pak Beri? Bisa tambah lapar kalau kamu kelamaan ngobrol dengan dia!”, kata Kaka lantang. “Lagipula”, lanjutnya, “semua binatang di hutan ini kan tahu kalau kamu itu lambat berpikirnya.”

Kuri tersenyum mendengar sindiran Kaka.

“Biar saja”, jawabnya. Pede. “Aku yakin kalau aku berusaha pasti aku akan bisa”.

Begitulah. Keesokan harinya, Kuri mulai mengikuti dan mengamati pak Beri yang sedang memancing. Ia kemudian mencoba untuk membuat tongkat pancingnya sendiri dan menanyakan kepada pak Beri, apakah kailnya sudah benar atau belum. Dengan tekun ia berusaha memahami apa maksud perkataan pak Beri hingga akhirnya ia berhasil membuat tongkat pancing yang kuat dan kokoh.

Si kancil? Sesuai rencananya, Kaka menunggu di ujung jalan hingga pak Beri lewat dan mengiba-iba kepadanya untuk meminta seekor ikan hasil tangkapannya. Dasar cerdik, pak Beri pun tidak kuasa menolak permintaannya.

“Lihat nih,” ujar Kaka pada Kuri sesampainya di rumah, “ikan pemberian pak Beri. Besar bukan? Pasti lezat jika dibumbu rujak dan dimakan dengan sambal mangga. Mana ikanmu?”

Kuri menunjukkan kail buatannya dengan bangga.

“Nih”, katanya sambil tersenyum. “Hari ini aku memang belum bisa membawa ikan, tapi aku sudah bisa membuat tongkat pancingku sendiri.”

“Terserahlah,” tukas Kaka. “Kok mau-maunya sih repot begitu.”

Hari demi hari berlalu. Kuri terus berusaha untuk belajar tehnik memancing ikan dari pak Beri. Mulai dari memilih umpan, mencari tempat yang banyak ikannya, hingga cara menarik ikan agar tidak terlepas dari kaitannya. Kaka pun melalui hari-harinya dengan seribu satu alasan untuk dapat menaklukkan hati pak Beri.

Lama kelamaan, pak Beri pun jenuh. Ia tidak mau lagi memberikan ikannya kepada Kaka meskipun Kaka sudah memohon sambil berguling-guling di tanah. Sebaliknya, Kuri semakin ahli dalam memancing dan sudah dapat menangkap ikan sendiri. Melihat Kaka yang menangis tersedu-sedu karena tidak mendapatkan makanan hari itu, Kuri pun membagikan ikan hasil tangkapannya pada Kaka.

“Tuh kan, benar yang aku bilang”, kata Kuri bijak. “Lebih baik kita berusaha sendiri daripada selalu bergantung kepada orang lain. Meskipun kelihatannya susah, jika terus mencoba, pasti kita akan bisa.”

Kaka mengangguk perlahan. Kali ini dia setuju dengan pendapat Kuri.
Suka dongeng ini? Bantu sebarkan ke yang lain ya :)

Sumber : http://dongengmotivasi.com/pilih-ikan-atau-kail.htm/comment-page-1#comment-1934

Si Pandai dan Sang Sahabat

si PANDAi dengan langkah tegap menyusuri jalan setapak, menuju sebatang pohon besar yg rindang….. disana tampak sosok pribadi yg dikenalnya, dan si PANDAi pun menghampiri pribadi itu.

Si Pandai: maaf kisanak, sepertinya aku mengenalmu, apa kita pernah bertemu ?

Sang Sahabat: saudaraku, aku sahabat masa keciLmu, sahabat di desa tempat kelahiran kita.

Si Pandai: ah, sekampung kita rupa nya… bagaimana keadaan kampung kita ?

Sang Sahabat: saudaraku, aku meninggalkan kampung halaman bersamaan dgn ketika kamu berangkat ke kota ini.

Si Pandai: oh begitu, apa saja yg sudah kau dapatkan di kota ini?

Sang Sahabat: kamu sendiri bagaimana ?

Si Pandai: ya, kota ini telah memberikan segala keLimpahan kemewahan yg menyenangkan kepadaku…

Sang Sahabat: oh begitu, bagaimana cara nya ?

Si Pandai: ah, kemana saja kamu ini, di kota ini apa sih yg tidak mungkin kudapatkan ? asal aku mau menyenangkan mereka, dengan sedikit saja basa basi dunia… mereka pun akan memberikan lebih kepada ku.

Sang Sahabat: apapun cara nya ?

Si Pandai: ah, jangan sok alim lah… aku pun tidak memakannya sendirian, yg kulakukan ini mata rantai yg tidak merugikan siapa pun… mereka senang, aku senang, buktinya mereka pun selalu menyanjung ku…

Sang Sahabat: apa kau yakin, tidak ada yg dirugikan ?

Si Pandai: yaaah… kaLopun ada tapi sedikit lah…itu pun mereka yg mau, lagipula aku sudah berikan banyak hartaku utk mereka…

Sang Sahabat: apa kamu lupa dengan batas waktu mu ?

Si Pandai: ah, itu soal nanti lah…gak perlu dipusingkan, mereka selalu mendo’akan ku… dan aku pun selalu siap utk bertobat jika batas waktuku akan habis…

Sang Sahabat: bgmn kau tahu waktu mu akan seLesai ?

Si Pandai: yah…biasanya setelah kita terbaring sakit. Nah kisanak, kamu sendiri bagaimana ?

Sang Sahabat: saudaraku, sebelum hari ini aku selalu ada bersama mu… tapi kamu tak meLihat ku dan tak pernah mau mendengarkan aku. Hari ini, aku harus tertahan di pohon besar ini, menunggu cerita yg harus aku seLesaikan…bersamamu !!!

Si Pandai: oh ?! maksud mu ???

Sang Sahabat: saudaraku, lihat dibelakang-mu….. batu nisan mewah itu….. bertuLiskan namamu…..!

—-
Sahabat, seringkali kita terlena dengan kehidupan yang bergulir ini. Detik demi detik hingga masa demi masa kita lewati, tanpa sadar ada banyak terminal-terminal dalam kehidupan ini yang kita lalui. Sejenak mari kita renungkan apa arti kehidupan kita di dunia ini. Sekedar mencari nafkahkah? atau kebahagian bersama orang-orang yang kita cintai.

Sahabat, mumpung masih ada waktu. Mari kita berbagi dengan mereka orang-orang yang kita cintai, dan orang-orang yang mencintai kita. Lakukanlah apa yang ingin anda lakukan supaya penyesalan tiada menghampiri kita sebelum datang waktu yang menjadi rahasia kehiduapn kita.

Saya yakin, kalau setelah mati kita akan memperoleh balasan akan apa yang kita perbuat. oleh karena itu, persiapkanlah sejak kini. Carilah bekal dan berikan kebahagiaan kepada orang-orang disekitar kita.

Sumber : http://www.resensi.net/si-pandai-dan-sang-sahabat/2010/02/14/

Rabu, 17 Februari 2010

Tips Sukses bersama Mario Teguh

1) Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat

2) Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan

3) Bila anda belum menemkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang yang berbakat Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.

4)Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda

5) Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil

6) Anda hanya dekat dengan mereka yang anda sukai. Dan seringkali anda menghindari orang yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah Anda akan mengenal sudut pandang yang baru

7) Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan

8) Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang di idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan

9) Jangan menolak perubahan hanya karena anda takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya anda merendahkan nilai yang bisa anda capai melalui perubahan itu

10)Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila cara-cara anda baru

11)Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap anda salah

12)Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda

13)Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang
ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan punya kesempatan untuk bersikap berani

14)Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.

Sumber : http://devit1104.blogspot.com

Kamis, 04 Februari 2010

Guru Vs Murid

percakapan antara seorang guru dengan muridnya di SD Ambon........ ya pastilah dengan LOGAT Ambon.... hehe

Murid : Bapak guru
Guru : Iya anak, kanapa??
Murid : Beta maw bartanya...
Guru : Iya anak.. Bapak pun maw manjawab..
Tanya sudahhhh...
Murid : eehhh,.. Beta liat-liat, MATAHARI cuma ada satu... kanapa cuma satu???
Guru : Ya Iyalaaaaaaaaaahhhhh cuma satu... satu aja loe udah BOLONG gituh.. apalagi 2(dua)... bisa-bisa loe jadi ABU... itu sudahhh....
Murid : Ngeeekkk....